🪩 Putra Ra Lilur Bangkalan
RaLilur Wafat dalam Keadaan Memegang Tasbih Rabu, 11 April 2018 - 20:09 | 89.43k Ribuan warga saling berebutan mengusung jenazah KH Kholirurrahman ketika diberangkatkan dari Ponpes Syaichona Moh Cholil Demangan menuju pemakakaman di Desa Martajasah.(FOTO: Doni Heriyanto/TIMES Indonesia)
Beliaumerupakan putra dari KH Ahmad Tamyiz dan Nyai Romlah. Dimana, Ibunya merupakan cucu dari Mbah Kholil Bin Abdul Lathif Bangkalan. Pada saat itu hari kamis Wage pertengahan tahun 2014, tepatnya sekitar jam 13:00 wib, team ke kediaman Ra Lilur di Desa Banjar, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura yang cukup
Bangkalanmaduranewsmedia.com- Lora Bir Aly putra KH Kholilurrohman (Ra Lilur) menolak rencana pembangunan pantai Tengket di desa Maneron kecamatan Sepuluh kabupaten Bangkalan. "Kalau pantai Tengket di kecamatan Sepuluh itu mau dijadikan tempat wisata saya menolak dengan keras," kata Ra Bir Aly, Ahad (21/06/2020).
RaLilur Bangkalan. Ra Lilur memiliki nama lengkap KH Kholilur Rohman. Beliau salah satu cicit Syechona Kholil, Sang Waliyullah asal Bangkalan. Ra Lilur menikah dengan Nyai Islani, perempuan dari Kecamatan Sepulu. Hasil buah pernikahannya, memiliki putra Ra Bir Aly. Sejak bayi hingga dewasa, Ra Bir Aly diasuh KH Kholil AG-kakak Ra Lilur
InnalillahiWa Inna Ilaihi Roji'unTelah Pulang Ke RahmatullahiKH. KholilurrahmanCicit Syaikhonan KholilBangkalan MaduraSemoga Amal Ibadah di terima di Sisi A
AtorcatorCom - Telah wafat cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, Pamanda kami Kiai Kholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan 'Ra Lilur' tadi malam di kediamannya di Desa Banjar, Bangkalan. Jenazah akan disholatkan di ponpes Syaichona Cholil pada hari ini jam 12 siang. Dan insyaAllah akan dimakamkan di komplek pemakaman Syaikhona Kholil Martajasah Bangkalan.
BANGKALAN Para umat islam khususnya di Bangkalan berduka. Pasalnya ulama khos asal Bangkalan KH Kholilurrahman atau yang akrab disapa Ra Lilur telah menghadap sang pencipta pada hari Selasa (10/04/2018) sekitar pukul 10.00 WIB. Banyak beredar video di media sosial tentang meninggalnya ulama nyentrik tersebut. Terlihat dalam video KH Imam Bukhori menerima kedatangan KH
BANGKALAN Ribuan Masyarakat mengantar janazah ulama khos Bangkalan KH Kholilurrahman ke tempat pemakaman di Komplek Masjid Syaikhona Kholil, Martajasah, Bangkalan. Janazah diberangkatkan sekitar pukul 11.30 Wib dari rumah putra ulama yang akrab disapa Ra Lilur itu yaitu Ra Bir Aly di Demangan, Bangkalan. Saat ini janazah sudah berada di komplek pemakaman masjid Syaikhona
Bangkalan NU Online Kiai Kholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan 'Ra Lilur' tadi malam wafat di kediamannya di Desa Banjar, Kabupaten Bangkalan. Jenazah akan disholatkan di Pesantren
HadiriUndangan DPRD Bangkalan, GM Zona II Regional 4 Sampaikan Capaian PT PHE WMO Dalam Membantu Masyarakat Pesisir. Lepas Dari Zona Merah, Bupati Ra Latif Ucap Syukur Dan Terimakasih Kepada Masyarakat Bangkalan. Saling Bantah Pihak BNI Dengan Dinas Pertanian Bangkalan, Kartu Tani Semakin Tidak Jelas
TIMESINDONESIA BANGKALAN - Warga Madura berduka, KH Kholilurrahman atau yang populer dipanggil Ra Lilur, ulama kharismatik yang dikenal 'Jadzab' itu telah wafat, pada Selasa (10/4/2018), sekitar pukul 22.00 WIB di Bangkalan, Madura, Jawa Timur.Jenazah akan dimakamkan berdekatan dan makam Syaikhona Kholil Bangkalan.Syaikhona Kholil Bangkalan.
MeninggalnyaKiai Kholilurrahman 'Ra Lilur' di kompleks pesantren Syaichona Kholil, Bangkalan, menyedot perhatian banyak masyarakat. Pasalnya, Almarhum dikenal sebagai Kiai karismatik asal Desa Banjar Bangkalan ini juga cicit dari Syaikhona Kholil. Ribuan umat takziah untuk mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.
MoAsx. Dalam kehidupan sufi, perilaku seseorang yang di luar sikap kewajaran sebuah hal yang tak Nashr as-Sarraj dalam kitab al-Luma’ menerangkan, sikap sufi yang tak wajar bagi banyak orang itu merupakan kondisi spiritual sang salik yang menuntunnya al-Attar di dalam kitab Tadzkiratul Auliya, berkisah seorang sufi yang bernama Bisyr bin Harits. Keseharian Bisyr dikenal masyarakat, laki-laki yang abnormal karena saban hari kakinya bertelanjang saat Imam Ahmad ibn Hambal seorang Ulama Imam Fiqh mengejar-ngejar Bisyri. Sang Imam Ahmad ingin banyak belajar kepada Bisyri si telanjang, bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah Sufi yang memiliki sikap tak wajar bagi kebanyakan orang terlihat pada kehidupan Ra Lilur asal Bangkalan dan Habib Bakar asal Lilur BangkalanRa Lilur memiliki nama lengkap KH Kholilur Rohman. Beliau salah satu cicit Syechona Kholil, Sang Waliyullah asal Lilur lahir di Bangkalan pada tahun 1943. Pada usia 75 tahun, Ra Lilur wafat di Desa Banjar, Kecamatan Galis, Lilur menjalani kehidupan Sufisme. Memilih keluar dari hiruk pikuk duniawi. Tinggal berpindah-pindah tempat bersama orang-orang yang setia waktu lama menyendiri, Ra Lilur menikah dengan Nyai Islani, perempuan dari Kecamatan Sepulu. Hasil buah pernikahannya, memiliki putra Ra Bir Aly. Sejak bayi hingga dewasa, Ra Bir Aly diasuh KH Kholil AG-kakak Ra tinggal di Demangan. Ra Lilur menetap di Desa Prancak, Kecamatan Sepulu. Kemudian pindah tinggal ke Desa Banyubunih, Kecamatan Galis. Lalu pindah ke Desa Pakaan Laok, Galis. Terakhir, Ra Lilur menetap dan wafat di Desa Banjar, Galis, Ra Lilur lebih sering mengenakan kaos dalam putih dan celana pendek hitam dengan mengenakan kopiah. Meskipun dalam keadaan menerima Lilur diyakini masyarakat sebagai wali sikap yang di luar nalar sehat, orang awam menganggap sesuatu yang aneh. Karena tak lazim bagi perilaku kebanyakan manusia Ra LilurSalah satu karomah Ra Lilur adalah bisa “membelah diri” alias pecah raga’ di satu waktu yang sama pada tempat yang karomah Ra Lilur disampaikan oleh H Husni Madani, ajudan Ra Lilur. Berikut kisahnyaSuatu ketika, H Husni Madani, menggelar resepsi pernikahan salah satu putrinya, di Desa Banjar, Kecamatan Galis, Bangkalan, Lilur bertindak penerima tamu sekaligus pengundang untuk 300 kiai se Madura di acara resepsi pernikahan tiba-tiba, para undangan tercengang. Ra Lilur tampil di atas panggung bermain seorang bintang tivi, Ra Lilur terus berakting di hadapan ratusan kiai. Karuan saja para undangan terperangah melihat kepiawaian akting Ra keesokan harinya, datang salah seorang kiai menemui H Husni Madani. Si kiai memohon maaf ke Husni karena tidak bisa hadir pada acara undangan resepsi kiai itu mengaku tidak bisa hadir dikarenakan pada malam hari undangan resepsi, si kiai kedatangan tamu Ra Lilur di kaget. Pada malam yang sama, sebagaimana keterangan di atas, Ra Lilur disaksikan sendiri oleh Husni Madani dan 300 kiai lainnya, sedang pentas drama.“Saya heran, pada malam itu Ra Lilur bersama saya, tapi ada seorang kiai yang mengatakan Ra Lilur sedang bertamu ke rumahnya,” terang Husni, seperti dikutip Harian Bangsa, Selasa 21/08/2001.Kejadian serupa juga dialami salah satu kerabat Husni yang ada di Jakarta. Itu terjadi saat haul KH Amin Imron, paman Ra itu, secara mengejutkan Ra Lilur datang ke saja tuan rumah keheranan. Melihat Ra Lilur datang secara Lilur langsung bertanya kepada sahibul hajat soal foto dirinya yang dipajang di dalam kamar.“Mana foto saya yang dipajang di dalam kamar?” sergah Ra Lilur, seperti ditirukan Husni. Padahal sebelumnya, Ra Lilur tidak pernah datang ke tuan rumah.“Pada hari saat haul di Jakarta itu, Ra Lilur sebetulnya ada di ndalem-nya, Desa Banjar Galis, Bangkalan,” cerita Bakar GresikHabib Bakar Gresik memiliki nama lengkap Habib Abu Bakar Assegaf Gresik. Beliau adalah cucu Wali Qutub Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik. Asta kakeknya berada di pemakaman Masjid Jamik, Bakar kini tinggal PP Sabilul Muttaqin, Baron, Nganjuk. Beliau dikenal masyarakat sebagai wali keseharian, Habib Bakar hanya memakai sarung dan kopyah. Tanpa memakai baju. Perilaku Habaib Bakar tidak seperti seorang ulama’.Bagi yang tak mengenalnya, perilaku Habib Bakar sebagai orang tak normal. Karena tak ada pakaian kebesaran yang melekat. Untuk mengenalinya memang tidak yang terjadi pada Rabu siang 10/6/2020 di Masjid Asta Syaikhona Kholil Bangkalan. Habib Abu Bakar bin Abu Bakar Assegaf langsung duduk di Mimbar Masjid Asta Pesarean Syaikhona Kholil, duduk di mimbar masjid itu, Habib Bakar tidak memakai baju. Beliau hanya menggunakan sarung berwarna putih. Memakai kopyah hitam dan sambil tak sedikit ulama, ustadz dan santri di Bangkalan yang ikut menemani kedatangan Habib Bakar di Masjid Pasarean Syechona Kholil. Terlihat KH Mas Abdul Adzim Kholili, Pengasuh Pondok Pesantren Kepang, Bangkalan. Beliau bersama ustadz dan santrinya membaca burdah dengan khusus. Setelahnya beliau menemui Habib Abu Bakar duduk Habib BakarKisah salah satu karomah Habib Bakar banyak diceritakan hingga dimuat sejumlah media. Situs ngopibareng, menulis salah satu karomah Habib Bakar. Berikut KisahnyaPada suatu hari, ada seorang tukang becak sedang bersedih karena menanggung beban hidup yang makin sulit. Sebut saja namanya Imam. Selesai habis Subuh, Imam langsung mangkal di tempat perjuangannya mengayuh becak, berharap segera ada penumpang datang. Imam terus terngiang pesan istrinya, bahwa hari ini jatuh tempo bayar hutangnya dan bayar sekolah datanglah Habib Bakar dari arah depannya dan langsung naik di atas becak Imam. Tanpa sepatah katapun, Habib Bakar sambil menunjuk arah dengan jemarinya yang menandakan bahwa beliau minta diantar di arah termasuk sosok tukang becak yang sangat cinta para habaib. Dengan sangat bahagia, Imam segera mengayuh becaknya sesuai petunjuk Habib Bakar. Di tengah mengayuh becaknya, Imam ingat kebiasaan Habib Bakar dalam seadanya di sakunya dibelikan rokok untuk Habib Bakar, wujud penghormataan Imam kepada cucu Rasulullah. Padahal, itulah uang terakhir di sakunya yang mau digunakan untuk sarapan. Tapi kecintaannya kepada cucu Rasulullah tak bisa becak kembali dilanjutkan. Tiba-tiba, ada mobil yang menyalib dan memberhentikan becak Imam. Kaget dan sangat khawatir, karena Imam baru membawa Habi orang bersorban dan bergamis turun dari mobil. Mereka mengucapkan salam dan mencium tangan Habib Bakar. Salah satu dari rombongan itu mengeluarkan amplop tebal dan memberikannya kepada Imam. Ragu dan kaget, Imam merasa bingung seolah sedang di alam mimpi.“Pak, terimalah amplop ini. Jangan ragu, ini rezeki Bapak. Bapak sangat membutuhkannya,” Bakar seketika turun dari becak itu dan memberikan isyarat kepada Imam agar menerima amplop itu. Habib Bakar lalu ngeloyor pergi dengan jalan kaki tanpa sepatah kata testimoni orang-orang Gresik yang pernah berjumpa dan bersalaman dengan Habib Bakar yang dirangkum dari grup facebook Gresik IndramantoJamanQ pas SMP lengane tau tak senggol nganggo setang sepeda kondisi lalin macet nag pasarKus SiswoyoBiasane nek nang wrng..bnyk yg ngasi rokok..tp klu dia..ngga sreg nang atine ojo Arep2 di trimo…..malah wong sing ra ngerti sejatine beliau …malah sing di jalu,i..lha sing di jalu,i iku wong sing beruntung kalau ngasih…Dian IkaWkt sepupu khitanan,tau2 dtg pas pgajiannya n duduk nongkrong d kursi dg rokok d kuping gtFununul MaqDulu saya sering ketemu beliau kalo malam Minggu di suatu majlis, beliau g banyak dawuh hanya senyum senyum yg bikin hati senang, subhanallah…..wali jaddabNanang FawzyIya Mas Fununul Maq kadang rokok pemberian orang baru dinyalakan langsung dimasukkan lubang kupingnya..Fununul MaqSedari dulu beliau nyeleneh…tanpa baju kedua kuping beliau selalu di sumbat dg Putung rokokNanang FawzySubhanallah…dulu waktu msh SMP aq masih sering lihat belau dipasar gresik,terminal jg di alun-alun..Nurul LailiyahWaktu saya kecil saya sering sekali liat habib mondar mandir dengan 3 rokonya…..dasar saya anak anak dlu jd blm tau klo habib adalah waliyullahDavik Dengkul Kroposbeliau dari dulu memang g pernah pake baju, dalam penggelihatan orang awam…Kata beliau Qul kafaabillaahi syahidam baini wa bainakum…Erry BawiyantoSekitar an th ’80 an beliau sering di Gresik orang2 pada gak ada yang tahu kalau beliau seorang wali,beliu orang jaddap banyak suatu keanehan apabila kita perhatikan pada saat itu
BANGKALAN, – Kontestasi politik pada Pemilu 2024 semakin menarik diikuti. Terutama, pada pemilihan legislatif pileg di Kabupaten Bangkalan. Tidak sedikit pendatang baru bermunculan. Salah satunya, bakal calon legislatif bacaleg dari Partai Hanura. Dia adalah Ra Jali yang diketahui merupakan cicit Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan. Ra Jali mantap maju sebagai bacaleg dari daerah pemilihan dapil 2, yakni Kecamatan Klampis, Geger, dan Sepulu. Putra Ra Bir Aly Kholilur Rahman itu menjadi representasi anak muda. Dia cukup dikenal di tengah-tengah masyarakat. Sebab, ayahnya, Ra Bir Aly, merupakan putra ulama nyentrik, Ra Lilur Kholilur Rahman. Ra Lilur adalah cicit langsung dari Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan. Kini Ra Jali baru genap berusia 24 tahun. Meski terbilang muda, Ra Jali ingin berkontribusi untuk kemajuan Bangkalan melalui jalur politik. Dalam pencalonannya sebagai bacaleg, Ra Jali mendapatkan nomor urut 2 dari partai besutan H. Wiranto itu. ”Tahun ini saya bergabung ke Partai Hanura. Alhamdulillah setelah mendaftar ke KPU, saya mendapatkan nomor urut dua,” katanya kemarin 16/5. Menurut dia, pada pemilu kali ini, pihaknya maju dari dapil 2. Dia mengaku sangat yakin terpilih. Apalagi, niat nyaleg tidak lepas karena ingin memberikan kontribusi yang baik untuk Bangkalan. Selain itu, ingin membuktikan bahwa anak muda juga bisa berpartisipasi dalam politik praktis. ”Karena masyarakat mengira ulama itu untuk ditakuti dan disegani. Padahal bukan begitu, saya ingin masyarakat mencintai saya dan saya bisa bermanfaat untuk masyarakat, terutama di dapil saya nanti,” ucapnya. Dia menyatakan, maju menjadi kandidat bacaleg di usia yang masih milenial tentu bukan tanpa alasan. Namun, pihaknya ingin membuktikan bahwa anak muda juga memiliki nilai juang. ”Saya ingin memperjuangkan kaum milenial. Saya ingin membuktikan bahwa kaum milenial juga bisa terjun ke dunia politik dan tidak memandang usia,” tandasnya. ay/daf/par Terkini Selasa, 16 Mei 2023 1635 WIB
BANGKALAN – Kabar duka seketika menyebar dengan cepat. KH Kholilurrahman, ulama karismatik asal Bangkalan meninggal dunia Selasa malam 10/4 sekitar pukul Cicit Syaikhona Moh. Kholil bin Abd. Latif dan Nyai Nur Jati itu tutup umur di usia 75 tahun di Desa Banjar, Kecamatan Galis. Malam itu juga jenazah dibawa ke rumah putranya, Ra Bir Aly di Jalan Moh. Kholil, Kelurahan Demangan, Kecamatan Kota Bangkalan. Sepanjang Jalan KH Moh. Kholil hingga kompleks pemakaman Syaikhona Moh. Kholil di Martajasah dibanjiri manusia Rabu siang 11/4. Ribuan manusia dari berbagai kalangan mengantarkan jenazah almarhum. Jenazah almarhum dimakamkan di dekat makam Syaikhona Moh. Kholil. KH Imam Buchori, keponakan almarhum, tidak menyangka pamannya itu akan berpulang. Pukul sebelum mengembuskan napas terakhir, kiai yang akrab disapa Ra Lilur itu hanya pamit untuk tidur dan lampu suruh matikan kepada sang pembantu khadam. ”Saya dapat telepon dari Bir Aly. Dia bilang paman sudah tutup usia,” kata Ra Imam. Ra Imam menyampaikan, keluarga bani Kholil sangat kehilangan. Namun, kehendak Allah yang tidak bisa ditawar-tawar. ”Paman itu cukup sepuh di antara keluarga bani Kholil yang lain,” ujarnya. Dia menjelaskan, Ra Lilur meninggal di usia kurang lebih 75 tahun. Sebab, almarhum hanya selisih dua tahun dari KH Kholil AG, ayah Ra Imam. ”Paman itu adik abi paling bungsu,” terangnya. Almarhum merupakan putra pasangan suami istri Nyai Romlah dengan KH Sahrawi Sampang. Nyai Romlah merupakan anak kandung KH Imron. KH Imron adalah putra Syaikhona Moh. Kholil dengan Nyai Mutmainnah. ”Nyai Romlah dengan KH Sahrawi punya anak KH Fahrurrozi, KH Abdullah Aschal, KH Kholil AG, dan terakhir Paman Lilur,” tuturnya. Pada masa hidupnya, Ra Lilur menikah dengan Nyai Selani dari Kecamatan Sepulu. Hasil buah pernikahannya memiliki putra Ra Bir Aly yang kini menjadi anggota DPRD Bangkalan. ”Ra Bir Aly dari kecil diasuh abi saya KH Kholil AG, Red. Karena memang paman menitipkan kepada abi sejak masih bayi,” ucapnya. Kehidupan almarhum ketika masih muda seperti pemuda yang lain. Bermain dengan sepupu, saudara, dan teman yang lain. Baru ketika beranjak dewasa, almarhum mengenyam Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan. ”Tapi, almarhum tidak lama mondoknya. Kurang lebih sekitar satu tahun,” tuturnya. Namun, waktu itu almarhum sudah menampakkan keanehan-keanehan. Baik mulai dari sifat, perilaku hingga ucapan. ”Saat mau beranjak dewasa mulai menampakkan keanehan,” katanya. Alamarhum memiliki feeling dan firasat yang tajam atas peristiwa yang akan terjadi. Hal itu sudah masyhur di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, meskipun beliau tidak mengenyam pendidikan umum dan hanya mondok satu tahun, almarhum sangat cerdas dan bisa menguasai banyak disiplin ilmu. ”Tidak mengada-ada. Meskipun beliau tidak sekolah, mondok hanya satu tahun. Tapi, beliau cukup menguasai segala disiplin ilmu,” terangnya. Semasa hidupnya, Ra Lilur memang menjalani hidup sufistik. Dengan kejernihan dan kerendahan hatinya, kerap kali pindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun, masyarakat tetap mencari untuk mendapat barokah. ”Tapi, beliau tetap menghindar. Akhirnya berpindah-pindah tempat,” ungkapnya. Pertama tinggal di Desa Prancak, Kecamatan Sepulu. Kemudian di Desa Banyubunih, Kecamatan Galis. Lalu pindah ke Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis. Terakhir pindah ke Desa Banjar, Kecamatan Galis hingga tutup usia.
putra ra lilur bangkalan